Thursday, December 26, 2013

Etika Penyadapan Telepon serta Kegiatan Memata-matai Dalam Islam

Gara-gara mesti belajar yang berkaitan dengan etika profesi komputer, Alhamdulillah, aku menemukan artikel bagus, karangan Harits Abu Ulya-Dir.CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst) dari arrahmah.com. Artikel ini mampu menjadi salah satu rujukan mengenai etika seorang muslim terhadap kegiatan penyadapan telepon. Bagaimana etikanya, mari kita pelajari.


Tuesday, December 17, 2013

Terumbu Karang

Laut menempati sebagian besar wilayah di bumi. Laut mempunyai sumber daya alam yang banyak, beraneka ragam, dan khas perairan air asin. Isyarah Quraniyah tentang sumber daya laut ini dijelaskan dalam Quran sebagaimana berikut :
“ Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.”
 (QS. Al Fathir, 35:12)

Berdasarkan penjelasan tersebut nampak bahwa laut memiliki banyak sumber daya. Misalnya air tawar yang umumnya dekat pantai, air pahit yang berupa minyak bumi, serta ikan dan daging kerang yang bisa dimakan, perhiasan laut yang berasal dari kerang, terumbu karang dan mutiara laut, serta laut yang dapat dilayari dengan kapal-kapal untuk dinikmati keindahan lautnya. Suatu anugerah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang harus disyukuri dan dilestarikan oleh manusia.
Gambar 1. Terumbu Karang
(Sumber: switchboard.nrdc.org)

Salah satu sumber daya laut adalah terumbu karang. Sumber daya terumbu karang membentuk ekosistem terumbu karang yang terletak di zona pelagik yang masih terkena cahaya matahari. Sumber daya terumbu karang merupakan sumber daya laut yang mengagumkan dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Terumbu karang memiliki peran penting dalam ekosistem laut. Terumbu karang membentuk habitat kerang dan ikan-ikan yang beraneka ragam, lapisan kapur serta karang-karang atol. 
Terumbu karang mempunyai sumber daya yang mempunyai peran penting dalam ekosistem dan mempunyai nilai tinggi. Sumber daya terumbu karang antara lain sebagai berikut :

Tuesday, December 10, 2013

NgeHack ???? Hyuuuukkk......


Ilustrasi: Anonymous 
Sumber gambar: gadgetan. com

NgeHack??? nah lo pada yang teu niy kata mestilah orang yang teu juga ama nyang namanya internet. NgeHack alias Hacking merupakan kegiatan pembajakan di internet yang umumya dilakukan oleh orang atau organisasi yang mempunyai suatu ideologi tertentu. Namanya juga pembajakan, tentu saja tidak akan ada seorang pu yang mau mengakui kalau dia udah membajak situs milik orang lain. Dengan demikian, orang yang melakukan pembajakan tersebut biasanya menggunakan nama "Anonymous". 

Wikipedia (sumbernya dari sini) mengatakan bahwa Anonymous adalah kelompok Aktivis atau "Hacktivis" yang dibentuk pada tahun 2003. Para anggotanya dapat dibedakan di depan publik dengan mengenakan topeng "Guy Fawkes" atau yang biasa dikenal "V for Vendetta". Pada tahun 2011, Majalah Time memasukkan nama "Anonymous" sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia.

"Ckckck..... jadi mereka itu orang yang paling berpengaruh to Budhe??"

"Iya. Makanya klo ada situs negara mana yang kena hack sama anonymous, pasti rame di tivi. Bisa perang di dunia maya itu Le. Pengaruhnya besar banget. dan apalagi kalo yang dihack itu situs penting. Wealaaah.... mesthi rame tenan lo Le"

Selanjutnya ada beberapa jenis kegiatan hacking menurut sumber dari sini, yang antara lain adalah: 
1.  Social Hacking, yang perlu diketahui: informasi tentang sistem apa yang dipergunakan oleh server, siapa pemilik server, siapa admin yang mengelola server, koneksi yang dipergunakan jenis apa, bagaimana server itu tersambung internet, mempergunakan koneksi siapa, informasi apa saja yang disediakan oleh server tersebut, apakah server tersebut tersambung dengan LAN di sebuah organisasi dan informasi lainnya.

2.  Technical Hacking, merupakan tindakan teknis untuk melakukan penyusupan ke dalam sistem, baik dengan alat bantu (tool) atau dengan mempergunakan fasilitas sistem itu sendiri yang dipergunakan untuk menyerang kelemahan (lubang keamanan) yang terdapat dalam sistem atau servis. Inti dari kegiatan ini adalah mendapatkan akses penuh ke dalam sistem dengan cara apapun dan bagaimanapun.

Teruuusssss, boleh atau tidaknya kegiatan ngeHack tentu saja harus ditinjau dari berbagai sisi, misalnya dari sisi moral, etika, hukum negara, serta hukum agama. Selain itu apa dulu yang diHack.... barulah diambil keputusan boleh tidaknya ngehack.

Moral. Jika kita ambil sebuah studi kasus mengenai pembajakan situs internet Australia oleh Hacker Indonesia akibat pelecehan negara, aku pikir, sah-sah aja membajak situs negara tersebut. Justru itu lebih bermoral daripada hanya diam aja. Atau membajak situs Israel karena negara tersebut melakukan penyerangan terhadap negara Palestina. Waaah... itu sangat bermoral kalo menurutku siy. Tapi akan menjadi sesuatu hal yang sangat berbeda manakala yang dihack adalah situs orang/lembaga/negara yang "reseh" terhadap kita, termasuk negara dan agama kita. Jelas, ngehack yang demikian menjadi sesuatu yang sagat tidak bermoral. Kebangeten gitu loooh.... Pliz deh....

Etika. Etika itu kalo bahasa umumnya itu seperti cara atau aturan bertingkah laku sopan terhadap orang lain. Daaaan.... ngeHack itu bagian dari kegiatan yang berhubungan erat dengan etika profesi teknologi informasi. Ditinjau dari etika, sebenarnya ngehack itu suatu kegiatan yang tidak beretika. Tidak beretika karena kegiatan membajak sama dengan kegiatan menghambat orang/lembaga/negara lain. 

Hukum Negara. Nah ini niy, yang paling disukai para pengacara. tau tuh belain siapa.... Kalo merujuk pada hukum negara Indonesia, maka kita bisa menggunakan Undang-undang Informasi dan Transaksi Eletronik (UU ITE). Menurut UU ITE, maka yang namanya ngeHack itu sama dengan melanggar pasal 30 ayat 3, yang bunyinya: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Hukum Agama Islam. Untuk membahas ini, aku mengambil sumber rujukan dari sini. Berdasarkan sumber tersebut, maka jika yang dibajak adalah situsnya orang/lembaga/negara yang dzalim, maka hukumnya boleh. Misalnya kegiatan ngeHack negara Myanmar yang telah mendzalimi Muslim Rohingya, ngeHack situs Israel yang telah membunuh warga Palestina, ngeHack situs orang Syiah, ngeHack situs pornografi, dan berbagai situs yang mengandung kedzaliman. Alasannya sebagai berikut...

Para ulama kontemporer menyatakan bahwa meretas atau menghacking situs-situs milik non muslim-- lembaga atau individual-- yang menyakiti / menghina Islam atau umat Islam termasuk dari bagian jihad fi sablillllah. Dr. Mustafa Murad, pengajar di Universitas Al-Azhar, menyatakan bahwa .....

الجهاد الإلكتروني هو نوع من أنواع الجهاد، والأخير لا يقتصر على الجهاد بالسيف والسلاح أو بأي آلة من وسائل الإيلام، ولكنه متاح فيه كل ما من شأنه تحقيق الغرض من مهاجمة أعداء الله والتنكيل بهم، رداً على ما يقومون به من اغتصاب الحقوق وسلب المقدسات
Artinya: Jihad elektronik termasuk dari bagian jihad. Jihad tidak terbatas hanya dengan pedan, senjata atau dengan alat yang menyakitkan, akan tetapi meliputi segala alat yang dapat mencapai tujuan untuk menyerang lawan Allah dan untuk menolak tujuan mereka merampas hak umat Islam.

Dr. Abdurrahman bin Abdullah Al Sanad, seorang ahli fiqih, menyatakan:

إذا كان تدمير الموقع المدمر يسبب ضررا على الدين والأخلاق فإن العلماء لا يرون الضمان على من أتلف ما يضر بالدين والأخلاق، مستشهدا بقول ابن قيم الجوزية " وكذلك لا ضمان في تحريق الكتب المضلة وإتلافها.."
Artinya: Apabila perbuatan peretasan / hacking suatu situs yang menyebabkan kerusakan pada agama dan moral, maka ulama menganggap tidak perlu mengganti perkara yang dirusak berdasarkan pandangan Ibnu Qayyim "Tidak perlu mengganti dalam membakar dan merusak kitab-kitab yang menyesatkan".

Faktor moral, etika, hukum negara, pada umumnya menjadi pertimbangan sebelum memutuskan mau ngehack or gak. Tapi ingat... hukum agama itu berasal dari ALLAH Azza wa Jalla, dan hanya DIA lah satu-satunya sumber hukum. Dengan demikian, akan lebih baik untuk selalu menggunakan rujukan awal dari agama. Jadiiii..... selama kita menemukan berbagai bentuk kedzaliman, termasuk pada situs internet, kita hack ajah rame-rame. Hyuuuuk.....


Wednesday, June 5, 2013

Think, Eat, Save

Think, Eat, Save, adalah slogan yang diangkat UNEP untukperingatan Hri Lingkungan Hidup seDunia tahun 2013. Buatku tema ini sangat menarik. Data yang dihimpun UNEP menunjukkan bahwa 1/3 penduduk dunia di negara maju dan negara berkembang memiliki kebiasaan membuang-buang makanan. Yaah, setidaknya aku pun pernah melakukannya. Terutama ketika aku nyaris tak sempat menyimpan bahan makanan tetapi tak sempat mengolahnya dan atau memakannya. Kalau tidak ada tetangga yang mau menerima "lungsuran" bahan makanan dariku. Aku pikir daripada keburu busuk dan mubadzir.

Data UNEP tersebut juga menyebutkan bahwa dari total makanan tersebut, 30% berupa hasil laut terbuang, 20% minyak dan kacang-kacangan, 20% susu, 45% umbi dan akar-akar tanaman, 20% daging, 30% sereal terbuang dan bahkan 45% buah-buahan dan sayuran terbuang. Padahal kita semua tahu, itu kan makanan enak dan beberapa diantaranya adalah makanan mahal.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2013 di Univ. Kanjuruhan Malang

Rabu, 5 Juni 2013 diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup SeDunia.  United Nation Environmental Program (UNEP) mempunyai tema untuk tahun 2013 yaitu "Ubah Perilaku dan Pola Konsumsi untuk Menyelamatkan Lingkungan." Slogan yang diangkat adalah Think, Eat, Save. Tak jauh berbeda, Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) mengangkat tema yang tak jauh berbeda dengan tema yang diangkat oleh UNEP.

Sunday, May 26, 2013

Menyesuaikan diri, kenapa tidak?

Diskusi dengan para calon guru dari Pulau Flores dan beberapa dari Madura dan sebagian lainnya dari perbatasan Kalimantan terasa berkesan buatku. Betapa tidak, mereka berada jauh dari kampung halamannya untuk belajar bersamaku, belajar menjadi seorang guru.

Pertemuan siang itu sebenarnya mundur 30 menit dari yang dijadwalkan, tapi antusiasme mereka untuk berdiskusi tetaplah tinggi. Mereka ini sebenarnya masih sangat muda, usia rata-rata mereka adalah 19 tahun. Sangat muda sekali. Itu pun jika dibandingkan umurku. *jadi berasa tua euy. kekekeeee........*.

Diskusi kuawali dengan sebuah pertanyaan, "setelah nanti pulang ke kampung halaman, mau jadi apa???"

Satu-persatu mereka menjawab, "mau jadi guru yang baik dan terbaik". Hmm....sebuah jawaban yang terasa sangat idealis, perfeksionis, dan nis nis yang lain.... *sudah gak tau apa lagi je. kyaaaaa, gubrak*

Eh ternyata, jawaban mereka ini sama semua. Menjadi guru yang baik dan terbaik. 
Dan jujur, aku trenyuh...



Mengapa mereka ingin menjadi guru yang baik dan terbaik???Ada beberapa alasan mereka. Pertama: karena sangat sedikit sekali guru yang mengajar di tempat tinggal mereka. Kedua: Ingin jadi contoh bagi muridnya kalo dia sudah belajar jauh untuk jadi guru. Ketiga: Ingin jadi seperti guru idola mereka.
Apapun alasannya, aku senang mereka tidak menjawab karena gaji guru sekarang sudah tinggi dan ada tunjangan dan sertifikasi. Hehe....

Gambar 1. Anak-anak yang membutuhkan guru
sumber: seribuguru.org

Nah, kemudian aku pun bertanya pada mereka, "kesulitankah anda semua belajar disini?". Jawaban mereka, "ada, yaitu sulit menyesuaian diri. Karena Jawa berbeda dengan kampung halamannya."
Ya iyalaaaah.... Secara geografis aja beda, tentu aja semua beda kaleee... wekekeeee..... But, karena tema pertemuan adalah tentang penyesuaian diri terutama bagi remaja calon murid mereka, kita bahas sekarang yuuuuk ??? Hyuuuuukkkkkk aaaahhh....

Penyesuaian diri, Apaan tuh???
  1. Penyesuaian diri berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
  2. Penyesuaian juga berarti konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
  3. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi secara efisien.
  4. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional yang tepat pada setiap situasi. 
Penyesuaian diri berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial
Penyesuaian diri sebenarnya bersifat alami. Sudah pasti terjadi pada semua makhluk hidup. Tak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun juga menjalani proses ini. Bahasa kerennya adalah adaptasi. Dulu waktu kita SD dan SMP pasti sudah diberi tahu oleh Bapak dan Ibu Guru IPA. 

Pak Guru IPA bilang, "adaptasi pada hewan misalnya bunglon berubah warna ketika ada pemangsanya datang mendekat. Saking hebatnya ni bunglon, mereka bisa berubah warna seperti warna dominan di sekitarnya." .... *aku sambil membayangkan, pasti si pemangsa bakalan bilang, hmmm.....dimana ya kamuu....hohohooo...*

Nah, lalu Bu Guru IPA bilang, " kalo tumbuhan menyesuaikan diri misalnya pada pohon jati." ... *emang kenapa tu po'on, *.... Bu Guru melanjutkan,"pohon jati akan menggugurkan daunnya saat musim kemarau untuk mengurangi penguapan, sehingga sel-selnya tak akan mati kekeringan.". 

Beteweeee..... emang kalian  ingat gak tuh???  Asal jangan menjawab, dulu tidak tau sekarang lupa *gubrak*

Ku pun melanjutkan, *sambil penuh percaya diri*  bahwa ada 3 hal yang penting dalam penyesuaian diri, antara lain:
  1. Penyesuaian Diri adalah proses yang dialami individu untuk mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. 
  2. Penyesuaian diri tidak akan pernah mencapai sempurna
  3. Proses penyesuaian diri lebih bersifat sepanjang hayat (lifelong process) dan akan selalu berupaya menemukan serta mengatasi tekanan dan tantangan hidup untuk mencapai pribadi yang sehat. 

Dengan demikian, maka penyesuaian diri menjadi hal yang penting dijalani. Untuk apa?? ya supaya seimbang, supaya bisa diterima lingkungan. Tapi ingat, penyesuaian diri tidak bisa terus sempurna. Tentu saja karena terlalu banyaknya perbedaan yang mesti ditoleransi dan dipahami. Kalo tidak bisa menyesuaikan diri, maka yang terjadi kemudian adalah konflik. Dan selama kita hidup, maka sepanjang itulah, kita dituntut untuk belajar menyesuaikan diri.

Penyesuaian diri pada awalnya diawali oleh adanya konflik. Entah konflik dengan pasangan, dengan teman, orang tua, serta lingkungan sekitar. Jika penyesuaian diri gagal, maka yang terjadi adalah konflik yang makin berkepanjangan. 

Konflik dengan pasangan ya misalnya dengan pacar (bagi yang belum menikah). Gak sedikit remaja yang galau gara-gara masalah konflik dengan pasangannya. Entah itu masalah sifat, sikap, prinsip hidup, de-el-el. Saat konflik dengan pasangannya, eh konflik dengan teman. Kyaaaa, pusing pusiiiing. Begitu pulang ke rumah, diomelin ma bokap nyokap. Alhasil, pusing ditambah galau dipangkatin seribu. Ckckck.... 

Masalahnya sih cukup sederhana, kurang bisa mengkomunikasikan diri dengan orang lain dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi orang-orang di sekitarnya. Tapi ya gitu... ngomong siy mudah, ngerjainnya ya sulit. Hahahaaaaa.... *hush, mingkem!!!*

Berdasarkan buku yang ku baca, ada beberapa tanda penyesuaian diri yang positif, antara lain: tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukkan mekanisme psikologis, tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman; dan mampu bersifat realistis dan obyektif.

Proses penyesuaian diri yang positif tersebut akan mengalami proses antara lain: menghadapi masalah secara langsung alias tidak kabur dari masalah; melakukan eksplorasi atau penjelajahan atas segala hal yang dihadapi, kadang kala melakukan coba-coba (try and error); mencari pengganti/alternatif pemecahan masalah, menggali kemampuan diri supaya tau kira-kira bisa nggak ya kita selesaikan sendiri. kalo tidak bisa kita bisa minta bantuan orang lain yang kita anggap lebih tau dan mampu; mengambil pengalaman sebagai proses belajar; memilih tindakan dan mengendalikan diri. Kan gak banget kalo yang kita pilih adalah tindakan yang menyengsarakan orang lain to???; dan melakukan perencanaan dengan cermat.

Kalau ada penyesuaian diri yang positif berarti ada yang negatif atau salah dong??? Yups, anda benar..... Penyesuaian diri yang salah akan memberikan reaksi bertahan atau reaksi menyerang (agresive reaction) atau justru reaksi melarikan diri alias kabur (escape reaction).

Reaksi bertahan pada orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan diri pada konflik atau kondisi yang dihadapi misalnya dengan mencari-cari sejuta alasan untuk membenarkan tindakannya (rasionalisasi). Dapat juga dengan menekan pengalaman buruk yang tidak disukainya itu ke alam bawah sadarnya (represif) misalnya dengan mencoba melupakannya meskipun sulit. Kadang kala seseorang akan mencari kambing hitam atas kegagalannya, yaitu dengan menyalahkan pihak lain yang dianggap menjadi penyebab atas kondisi buruknya (proyeksi). Tidak hanya ketiga hal tersebut, rekasi bertahan juga dapat berupa memutar balikkan kenyataan. Hmmm.... mirip seperti orang psikopat atawa sosiopat.

Gambar 2. Bermain Sepak Bola
Sumber: kartunisubi.com

Kalo mereka masih gagal dalam menyesuaikan diri dalam konflik, apa yang terjadi? Sebagian orang yang lain akan melakukan penyerangan. Reaksi menyerang tersebut misalnya dengan selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa di setiap situasi, mau memiliki segalanya; senang mengganngu orang lain; menggertak baik dengan ucapan maupun perbuatan; menunjukkan permusuhan secara terbuka; menunjukkan sikap menyerang dan merusak; keras kepala dalam perbuatannya; bersikap balas dendam; memperkosa hak orang lain; tindakan serampangan; dan marah secara sadis.

Kalau kita main sepak bola, tentu kita lebih paham tentang penyesuaian diri. Kalo lawan bersikap menyerang, mungkin kita akan lebih cenderung bertahan. Pun demikian sebaliknya. Kita bisa saja menyesuaiakan diri dengan kondisi lawan. Yang penting kita menang. Akan tetapi, kita adalah manusia yang lebih banyak terikat oleh budaya dan agama. Terutama agama, yang akan menjadikan kita lebih manusiawi.

weits, tidak semua orang sanggup bertahan dan atau menyerang looh. Banyak juga yang justru melarikan diri, kabur dari kondisi yang sedang dihadapi. Reaksi melarikan diri timbul untuk mendapatkan “obat” dari kegagalan dan rasa frustasi, dan atau membuat fantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai. Reaksi melarikan diri misalnya: banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan tindakan regresif (kembali pada tingkah laku yang semodel dengan tindakan pada perkembangan tingkat awal, misalnya bersikap dan berwatak seperti anak kecil)

Kita mesti terus tumbuh menjadi seorang yang dewasa dalam bersikap dan mampu menyesuaikan diri di berbagai kondisi. Akan tetapi tidak semua orang mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang sama dengan yang lain.

Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri salah satunya adalah kondisi fisik/tubuh. Terdapat korelasi yang tinggi antara tipe-tipe tubuh dan tipe-tipe temperamen ketika menghadapi masalah. Contoh: orang ektomorf yang ototnya cenderung lemah, tubuhnya rapuh, dtandai dengan sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial, dan lebih pemalu. Selain itu, kualitas penyesuaian diri yang baik dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi jasmani yang baik. Contoh: penyakit kronis menyebabkan orang cenderung kurang percaya diri dan perasaan ingin dikasihani.

Tak hanya kondisi fisik/tubuh, kemampuan menyesuaikan diri juga dipengaruhi oleh perkembangan, dan kematangan. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai oleh setiap invidu akan berbeda satu sama lain. Dengan demikian, akan mengakibatkan perbedaan pula pada pola penyesuaian dirinya.  Kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan, dan intelektual.

Faktor pengalaman juga akan menentukan kemampuan menyesuaikan diri. Pengalaman menyenangkan akan cenderung menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Adanya pengalaman akan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk belajar. Belajar merupakan proses modifikasi tingkah laku sejak fase awal dan berlangsung sepanjang hayat.

Tak hanya itu, terdapat faktor psikologis lain yang mempengaruhi yaitu determinasi diri. Determinasi diri berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Misalnya mengalami penolakan pada masa kecil, tetapi mampu menghindarkan diri dari pengaruh negatif setelah dewasa meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi dirinya.

Nah, ada faktor lain yang juga penting dalam hal menyesuaikan diri yaitu adat dan agama. Lingkungan adat akan mempengaruhi cara-cara menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Tak hanya adat, agama juga berperan karena akan memberikan suasana psikologi tertentu yang akan mempengaruhi diri dalam menangani konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya. Agama menjadi sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akanmemberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup.

Jadi, adanya konflik yang dihadapi setiap orang, tidak hanya sebagai ujian, tetapi juga untuk melihat bagaimana seseorang mampu menyesuaikan diri dalam berbagai kondisi. Dan aku pun yakin, jika kita mampu menyesuaikan diri dengan benar atau secara positif, maka terlihat bahwa kita adalah pribadi yang InsyaALLAH baik.

Sumber utama:
Hartinah, S., 2008. Perkembangan Peserta Didik. Refika Aditama, Bandung. 




Tuesday, May 21, 2013

Labirin Kita

Aku sempat membaca mengenai labirin kota dari sebuah Buku yang berjudul Psikologi Lingkungan Perkotaan.  Buku itu bercerita bahwa kehidupan di perkotaan selayaknya sebuah lbirin yang sangat besar. Kita berada di dalamnya, sehingga yang kita mampu lihat adalah dinding-dinding beton yang besar dan tinggi. Tentu saja, dinding itu berada di sepanjang mata memandang.