Tuesday, May 21, 2013

Labirin Kita

Aku sempat membaca mengenai labirin kota dari sebuah Buku yang berjudul Psikologi Lingkungan Perkotaan.  Buku itu bercerita bahwa kehidupan di perkotaan selayaknya sebuah lbirin yang sangat besar. Kita berada di dalamnya, sehingga yang kita mampu lihat adalah dinding-dinding beton yang besar dan tinggi. Tentu saja, dinding itu berada di sepanjang mata memandang.



Gambar 1. Ilustrasi labirin
(sumber dari sini)

Kalau saja kita melihat perkotaan menggunakan cita satelit penginderaan jauh, nampaklah bahwa jalan-jalan yang menghubungkan orang kemanapun selayaknya  koridor dan lorong-lorong. Tidak ada bedanya dengan labirin. Hhh.....  Coba bayangkan, hidup seperti di dalam sebuah labirin??? Yang kau sendiri tidak tau mesti lewat mana jika ingin keluar.  Kalau tidak ingiin tersesat maka ikuti saja petunjuknya.

Petunjuk? Adakah ??? Kalau di labirin yang berupa taman, mungkin kita tak akan menemukan petunjukknya. Tetapi jika labirin yang berupa jalan-jalan raya, seperti di Jakarta, maka petunjukknya adalah rambu-rambu lalu lintas.  Kemanapuun kau pergi, maka yang kau patuhi adalah tulisan di rambu-rambu petunjuknya. Gak patuh ??? Hehe...jangan salahkan aku, aku udah mengingatkanmu sebelumnya.

Alhamdulillah, betapa hidupku penuh dengan anugrah dan rahmat dari ALLAH Aza wa Jalla. DIA-lah yang mengaturku sehingga ak bisa kembali ke sebuah kota kecil yang begitu luas hamparan sawahnya. Sebuah tempat yang seringkali aku rindukan. Yaaah.... Meski aku tidak menampik kenyataan, bahwa aku pun merindukan Jakarta. Kota yang pernah kutinggali sekian lama.

Keluar Jakarta, artinya keluar dari labirin beton yang mengelilingi setiap sudut kehidupan. Betapa tidak, yang kau lihat hanyalah gedung-gedung tinggi yang dipenuhi dengan aktifitas perkantoran dan perbelanjaan. Tak hanya beton, bahkan bangunan semi permanen pun menjadi dinding di labirin kota. Kau bisa menemukannya di berbagai tempat kumuh dan tempat-tempat yang tidak layak huni baik di pinggiran rel kereta api, pinggiran pantai, dan tanah-tanah negara yang belum dimanfaatkan.

Sudah jelas, bahwa Jakarta dan kota-kota besar lainnya adalah Labirin Raksasa yang akan membingungkan setiap penduduknya. Sebuah kesesatan....

Penduduk pun rasanya menjadi semacam "robot" yang sudah ter-set kaku oleh berbagai peraturan kehidupan kota. Sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Labirin raksasa yang begitu sempit, menyesakkan dan tentu saja menyebalkan.  Pagi berangkat kerja, maka kau pun keluar dari "labirin kecil" yang berupa rumahmu tempat tinggalmu. Entahlah... Mungkin berisi rumah dengan beberapa sekat yang "diharapkan" memberi privasi antar anggota. Masih bagus kalo nge-kos. Tapi tetap saja, kosan juga sebuah labirin kecil.

Pergi dari labirin rumah, maka kau pun melalui lorong panjang dan lebar dari sebuah labirin raksasa yang bernama jalanan.  Jalanan yang begitu banyak gang, dari gang kecil, gang lebar, bahkan gang buntu. Hmmm.... Jika kau tak hafal, ya sudah, alamat tersesat. Yaaah....menyesatkan dan menyeballkan sekali.

Jika kau mampu terlepas dari "tipuan" lorong labirin raksasa, maka kau pun masuk ke labirin yang berukuran sedang. Labirin yang sering kau namakan sebagai kantor. Kok bisa??? Ya iya lah. Coba saja kau berjalan lewati lorong-lorongnya, lift dan eskalatornya. Mampukah kau menemukan pintu keluar ? Kecuali lobby depan. Atau bahkan toilet dan pantry?? Bahkan kau pun kadang bingung dengan dimana ruanganmu sendiri atau mungkin mejamu sendiri??? Dan sadarkah kau, bahwa antar mejamu dan meja kawanmu terdapat sekat? Sekat kotak yang kalian sebut sebagai kubikel. Hehe... Tuh kan... Apa ku bilang. Kantor adalah labirin berukuran sedang.

Selepas kerja aku yakin kau pun ingin mengurangi kepenatanmu dengan berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Hmm.... Nampaknya pusat perbelanjaan pun selayaknya labirin yang berukuran sedang. Bisa jadi kau akan mengalami kebingungan mencari pintu keluar setelah selesai berjalan-jalan. Hahahaaaa..... Selanjutnya, tanya satpam aja yuuuk??? Hyuuuk....

Keluar dari pusat perbelanjaan, balik ke rumah. Haha.... Kalau tanya taksi pun, belum tentu dia paham dimana rumahmu. Kyaaaa.... Gubrak deh. Alhasil, kalian berdua pun dibingunkan dengan rute terdekat supay cepat sampai rumah. Lha kalo macet??? Ya sudah... Nikmati saja... Sabar yak !!!

Kalao kau tidak ingin sering tersesat, hafalkan saja jalur dan lorongnya, jalan dan petunjukknya. Belum lagi lokasi-lokasi yang penuh dengan jebakan, seperti daerah macet, sering banjir, rawan penjahat, de-el-el. Dan tentu saja, serahkan dirimu pada ALLAH Azza wa Jalla. Karena DIA-lah sebaik-baiknya penolong dan pelindung bagi semua.

Sekarang??? Ahaaa.... Alhamdulillah. Lepas dari labirin perkotaan yang menyesatkan dan menyebalkan, aku berada di labrin yang tingkat keruwetannya rendah. Bagaimana tidak... Kau hanya melihat gedung maksimal 4 lantai dan selebihnya adalah hamparan sawah. Hmmm..... Begitu melegakan mata dan menenangkan. Kau pun tak akan tersesat di dalamnya.

Hmm.... by the way, sementara kita berada di beranda rumah kita iniiii.... sadarkah kau, bahwa beranda adalah titik awal dari "labirin kecil" kita???


No comments:

Post a Comment