Wednesday, June 5, 2013

Think, Eat, Save

Think, Eat, Save, adalah slogan yang diangkat UNEP untukperingatan Hri Lingkungan Hidup seDunia tahun 2013. Buatku tema ini sangat menarik. Data yang dihimpun UNEP menunjukkan bahwa 1/3 penduduk dunia di negara maju dan negara berkembang memiliki kebiasaan membuang-buang makanan. Yaah, setidaknya aku pun pernah melakukannya. Terutama ketika aku nyaris tak sempat menyimpan bahan makanan tetapi tak sempat mengolahnya dan atau memakannya. Kalau tidak ada tetangga yang mau menerima "lungsuran" bahan makanan dariku. Aku pikir daripada keburu busuk dan mubadzir.

Data UNEP tersebut juga menyebutkan bahwa dari total makanan tersebut, 30% berupa hasil laut terbuang, 20% minyak dan kacang-kacangan, 20% susu, 45% umbi dan akar-akar tanaman, 20% daging, 30% sereal terbuang dan bahkan 45% buah-buahan dan sayuran terbuang. Padahal kita semua tahu, itu kan makanan enak dan beberapa diantaranya adalah makanan mahal.

Gambar. Makan. (google)

Selanjutnya, aku puun mulai googling mengenai makanan yang tersisa. Hotel dan restoran di Dubai membuang 1820 ton makanan per tahun dan Hotel Copacabana Brazil membuang  7000 liter minyak per tahun. Hhhh.... Itu saja baru 2 (dua) hotel. Gimana kalo semua hotel di seluruh negara di dunia?? Ckckck..... Pasti akan semakin banyak makanan yang tersisa dan terbuang percuma. Daaaan....aku pernah mendengar dari seorang kawan bahwa hotel di Kota Jakarta membuang minimal 50 kg makanan per hotel per harinya. Kalao ditumpuk semua hotel ??? Ditambah semua restoran??? Ditambah lagi semua rumah makan dan warung makan??? Kalau ditambah dari rumah tangga??? Huwaaaa...... Gak kebayang gimana itu TPA Bantar Gebang melayani semua sisa makanan. Fyuuuh.... Pasti gak Cuma petugasnya yang pening kepala, Jokowi Ahok pasti lebih pening lagi.

Eh...tunggu dulu, itu baru Kota Jakarta. Gimana kalo kota-kota lain di Indonesia???  Hitung aja sendiri....

Menurutku, yang paling menyebalkan tentang urusan makanan itu orang-orang menengah ke atas di kota-kota besar baik di negara maju maupun di negara berkembang. Betapa tidak, mereka adalah orang-orang yang mempunyai akses hampir tidak terbatas terhadap makanan. Mereka bisa memilih berbagai jenis makanan yang disukai. Jika tidak disukai, tentu saja mereka bisa membuangnya dan memilih makanan lain yang lebih disuka. Lha kalo orang-orang menengah ke bawah, boro-boro memilih makanan, cukup ada saja sudah bersyukur sekali.

Kalao makanan dibuang??? Bumi tempat kota-kota itu berpijak bukanlah bumi yang mempunyai "kemampuan" mendaur ulang limbah sisa makanan. Lha kalo di desa kan dibuang ke belakang rumah, ntar juga semut, belatung dan dekomposes lainnya segera sikap bekerja menguraikan. Setidaknya tak sampai berhari-hari, sisa makanan sudah habis mereka lahab. Belum lagi tikus yang ikut abil bagian.

Lha kalo di kota???  Sisa makanan mau dibuang ke mana? Ke halaman rumah?? Pliz deh, tidak semua orang punya halaman rumah. Itu juga belum tentu dalam keadaan terbuka alias sudah tertutup dengan paving block atau beton. Lantas gimana? Kalo diberikan ke orang lain, belum tentu mau, agak gengsi juga lah, malu euy, masak mau kasih sisa ke orang lain.... Gak banget kan??? Daaaan.... Ya sudah lah, akhirnya masuk juga ke tong sampah.

Kalo sudah masuk tong sampah, itu sisa makanan tidak terhenti sampai situ. Mereka masih menempuh perjalanan panjang dari masuk ke truk sampah yang air lindinya mpe netes-netes di jalanan. Bau banget pastinya. Truk sampah terus melaju menghantarkan sisa-sisa makanan ke tempat pembuangan sampah. Kemudian, sisa-sisa makanan itu  pun membusuk begitu saja di TPA. Tidak bakalan pemulung mengambilnya. Ya kan???  Betewe, kalo sisa makanan itu dikit siy masih mendingan. Lha kalo banyak ???? Pasti butuh waktu lebih lama lagi bumi dapat menguraikan. Yang ada mungkin sisa makanan itu jadi sarang penyakit. Hiiiii......

Banyak hal yang bisa dilakukan supaya makanan tidak berubah status menjadi sisa makanan yang terbuang percuma dan jadi masalah lingkungan. Pertama, sediakan makanan secukupnya. Pikirkan terlebih dahulu apakah kita mampu mengolahnya, ada waktu menghabiskan, kekenyangan atau tidak, benar-benar dibutuhkan atau tidak. Kedua, kalau makanan sudah tersedia, habiskan. Jika tidak bisa, sisihkan sebagian untuk orang-orang yang lebih membutuhkan. Ketiga, jika memang masih ada sisa, kan bisa dibuat pupuk untuk tanaman, dan atau pakan ternak.

Sebelum slogan UNEP ini, ALLAH Azza wa Jalla sudah berfirman:

"Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Sooo..... Think, Eat, and Save

No comments:

Post a Comment